Kota tua Jakarta, juga dikenal dengan sebutan Batavia Lama (Oud Batavia) adalah sebuah wilayah kecil di Jakarta. Wilayah khusus ini memiliki luas1.3 kilometer persegi melintasi Jakarta Utara dan Jakarta Barat (Pinangsia, Taman Sari dan Roa Malaka).
Tahun 1972, Gubernur Jakarta Ali Sadikin mengeluarkan dekrit yang resmi menjadikan Kota Tua sebagai situs warisan. Keputusan gubernur ini ditujukan untuk melindungi sejarah arsitektur kota- atau setidaknya bangunan yang masih tersisa di sana.
Meski dekrit Gubernur dikeluarkan, Kota Tua tetap terabaikan. Banyak warga yang menyambut hangat dekrit ini, tetapi tidak banyak yang dilakukan untuk melindungi warisan era kolonial Belanda.
Dalam pengembangan daerah Jakarta, pemprov DKI Jakarta menghancurkan beberpa bangunan atau tempat yang berada di daerah Kota Tua jakarta dengan alasan tertentu. Tempat tersebut adalah :
- Benteng Batavia
- Gerbang Amsterdam (lokasinya berada dipertigaan Jalan Cengkeh, Jalan Tongkol dan Jalan Nelayan Timur. Dihancurkan untuk memperlebar akses jalan)
- Jalur Trem Batavia (jalur ini pernah ada di kota Batavia, tetapi sekarang sudah di timbun dengan aspal)
Sebagai pemukiman penting, pusat kota dan pusat perdagangan di Asia sejak abad ke-16. Oud Batavia merupakan rumah bagi beberapa situs dan bangunan bersejarah di Jakarta
Gedung Arsip Nasional
Gedung ini adalah bekas kediaman gubernur jenderal VOC Reinier de Klerk dan dibangun di abad ke-18. Rencana untuk membongkar dan membangun pertokoan di tempat ini terjadi di tahun 1900 dan 1992, tetapi diselamatkan oleh Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (perhimpunan Batavia untuk seni dan ilmu) yang didirikan de Klerk (1900) dan sekelompok usahan Belanda yang mendirikan Stichting Cadeau Indonesia (yayasan hadiah Indonesia) yang ingin memberikannya sebagai hadiah ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-50 (1992).
Kini gedung dikelola oleh yayasan tanpa bantuan dari pemerintah dan dijadikan tempat pameran. Kebunnya buka dari pukul 06.00 sampai 18.00. Penduduk setempat diajak memakai kebun tersebut sebagai sarana umum.
Pecinan Glodok
Glodok adalah salah satu bagian dari kota lama Jakarta. Sejak masa pemerintahan Hindia Belanda, daerah ini dikenal juga sebagai Pecinan -- bahkan yang terbesar d Indonesia -- karena mayoritas pedagang di Glodok merupakan masyarakat keturunan Tionghoa.
Di masa kini Glodok dikenal sebagai salah satu sentra penjualan elektronik di Jakarta
Gereja Sion
Gereja Sion dikenal dengan nama Portugeesche Buitenkerk atau Gereja Portugis, berada di sudut Jalan Pangeran Jayakarta dan Mangga Dua Raya. Bangunan gereja ini memiliki kemegahan arsitektur serta daya tahan yang kokoh. Portugeesche Buitenkerk atau Gereja Portugis selesai dibangun pada tahun 1695.
Gereja ini merupakan gedung tertua di Jakarta yang masih dipakai untuk tujuan semula seperti saat awal didirikan. Rumah ibadat ini masih memiliki sebagain besar perabot yang sama juga. Gereja ini pernah di pugar pada 1920 dan sekali lagi pada 1978. Bangunan gereja ini dilindungi oleh pemerintah lewat SK Gubernur DKI Jakarta CB/11/1/12/1972
Stasiun Jakarta Kota
Stasiun Kereta Api Jakarta Kota dikenal pula sebagai Stasiun Beos adalah stasiun yang berusia cukup tua di Kelurahan Pinangsia. Stasiun ini adalah satu dari sedikit stasiun di Indonesia yang bertipe terminus (perjalanan akhir ), yang tidak memiliki kelanjutan jalur.
Museum Bank Indonesia
Museum Bank Indonesia adalah sebuah museum yang terletak di Jl. Pintu Besar Utara No.3, Jakarta Barat (depan stasiun Beos Kota) dengan menempati area bekas gedung Bank Indonesia Kota, yang beraliran neo-klasikal, dipadu dengan pengaruh lokal, dan dibangun pertama kali pada tahun 1828.
Museum Bank Indonesia buka setiap hari kecuali Senin dan hari libur nasional. Pengunjung tidak dipungut biaya.
Museum Fatahillah
Museum Fatahillah juga dikenal sebagai Museum Sejarah Jakarta atau Museum Batavia yang terletak di jalan Taman Fatahilla No.2 Jakarta Barat dengan luas lebih dari 1300 meter persegi.
Gedung ini dulu adalah sebuah Balai Kota yang dibangun pada tahun 1707-1710 atas perintah Gubernur Jendral Johan van Hoorn. Bangunannya menyerupai Istana Dam di Amsterdam, terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan dan ruang-ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara.
Pada tanggal 30 Maret 1974, gedung ini diresmikan sebagai Museum Fatahillah.
Museum Seni Rupa dan Keramik
Museum Seni Rupa dan Keramik terletak di jalan Pos Kota No.2, Jakarta Barat yang tepatnya berada di seberang Museum Sejarah Jakarta. Memajang keramik lokal dari berbagai daerah Tanah Air, dari era Kerajaan Majapahit abad ke-14 dan dari berbagai negara di dunia.
Menara Syahbandar
Menara Syahbandar dibangun sekitar tahun 1839 yang berfungs sebagai menara pemantau bagi kapal-kapal yang keluar masuk kota Batavia lewat jalur laut serta berfungsi sebagai kantor "pabean" yakni mengumpulkan pajak atas barang-barang yang dibongkar di pelabuhan Sunda Kelapa.
Menaiki tangga menara, menelusuri ruang-ruangnya, serta mencapai puncak dan memandang kapal-kapal aneka rupa di Pelabuhan Sunda Kelapa adalah daya tarik menara ini.
Sebagai bekas benteng, dilantai bawah masih terdapat ruang bawah tanah untuk perlindungan dan pintu terowongan yang bisa tembus hingga Museum Fatahillah bahkan kemungkinan hingga Masjid Istiqlal karena dulu pernah ada Benteng Frederik Hendrik (sekarang Masjid Istiqlal). Saat ini pintu menuju terowongan sudah ditutup, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Museum Bahari
Museum Bahari adalah museum yang meyimpan koleksi yang berhubungan dengan kebaharian dan kenelayanan bangsa Indonesia dari Sabang hingga Merauke yang berlokasi di seberang Pelabuhan Sunda Kelapa.
Museum ini berlokasi di Jalan Pasar Ikan No.1 Sunda Kelapa, Jakarta Barat. jam kunjung museum adalah 09.00 - 15.00 WIB, dari Selasa hingga Minggu. Pada hari libur sekolah, museum tetap buka.
Pelabuhan Sunda Kelapa
Pada saat ini Pelabuhan Sunda Kelapa direncanakan menjadi kawasan wisata karena nilai sejarahnya yang tinggi. Saat ini Pelabuhan Sunda Kelapa adalah salah satu pelabuhan yang dikelola oleh PT Pelindo II yang tidak disertifikasi International Ship and Port Security karena sifat pelayanan jasanya hanya untuk kapal antar pulau.
Dari segi sejarah, pelabuhan ini pun merupakan salah satu tujuan
wisata bagi DKI. Tidak jauh dari pelabuhan ini terdapat Museum Bahari
yang menampilkan dunia kemaritiman Indonesia masa silam serta
peninggalan sejarah kolonial Belanda masa lalu.
Di sebelah selatan pelabuhan ini terdapat pula Galangan Kapal VOC dan
gedung-gedung VOC yang telah direnovasi. Selain itu pelabuhan ini
direncanakan akan menjalani reklamasi pantai untuk pembangunan terminal multifungsi Ancol Timur sebesar 500 hektar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar