Mengunjungi Museum Affandi yang terletak di Jalan Raya Yogyakarta-Solo,
atau tepatnya tepi barat Sungai Gajah Wong, atau di Jalan Laksda Adisucipto Nomor 167 Yogyakarta (Jalan Solo Km 5,1) memberi kesempatan untuk menjejaki seluruh bagian berarti dari kehidupan Affandi. Kita
bisa melihat karya-karya agung semasa sang maestro hidup, karya para
pelukis lain yang ditampungnya, alat transportasi yang dipakainya
dahulu, rumah yang ditinggali hingga sebuah sanggar yang kini dipakai
untuk membina bakat melukis anak.
Museum ini menempati lahan seluas 3.500 m2 yang terdiri atas
bangunan museum beserta bangunan
pelengkap seperti tempat pembelian tiket, dua studio, dan bangunan rumah
tempat tinggal pelukis Affandi dan keluarganya. Kompleks museum terdiri dari 3 buah galeri dengan galeri I sebagai
tempat pembelian tiket dan permulaan tur. Galeri I yang dibuka secara
pribadi oleh affandi sejak tahun 1962 dan diresmikan tahun 1974 ini
memuat sejumlah lukisan Affandi dari awal berkarya hingga masa akhir
hidupnya. Lukisan yang umumnya berupa lukisan sktesa dan karya
reproduksi ini ditempatkan dalam 2 larik atas bawah dan memanjang
memenuhi ruangan berbentuk lengkung.
Di Galeri I, kita bisa melihat sejumlah barang berharga semasa Affandi
hidup. Di ujung ruangan, kita bisa melihat mobil Colt Gallan tahun 1976
yang berwarna kuning kehijauan yang dimodifikasi sehingga menyerupai
bentuk ikan, juga sebuah sepeda onthel kuno yang tampak mengkilap
sebagai alat transportasi. Kita juga bisa melihat reproduksi patung
karyanya berupa potret diri bersama putrinya, Kartika.
Menuju Galeri II, kita bisa melihat sejumlah lukisan para pelukis, baik
pemula maupun senior, yang ditampungnya dalam museum. Galeri yang
diresmikan tahun 1988 ini terdiri dari dua lantai dengan lukisan yang
dapat dilihat dari sudut pandang berbeda. Lantai pertama banyak berisi
lukisan-lukisan yang bersifat abstrak, sementara lantai 2 memuat lukisan
dengan corak realis namun memiliki ketegasan.
Galeri III yang menjadi tujuan selanjutnya merupakan bangunan berbentuk
garis melengkung dengan atap membentuk pelepah daun pisang. Bisa
dikatakan, galeri berlantai 3 ini multifungsi, lantai pertama berfungsi
sebagai ruang pameran sekaligus lokasi "Sanggar Gajah Wong" tempat bagi
anak-anak untuk mengasah bakat melukis, lantai kedua sebagai ruang
perawatan dan perbaikan lukisan, sementara lantai bawah tanah sebagai
tempat menyimpan koleksi lukisan.
Tak jauh dari Galeri III, terdapat sebuah menara yang bisa digunakan
sebagai tempat melihat pemandangan. Kita bisa melihat panorama seluruh
bagian museum, Sungai Gajahwong hingga hiruk pikuk jalan raya. Turun dan
berjalan ke barat dari menara itu, kita bisa melihat rumah
berarsitektur unik yang digunakan Affandi sebagai tempat tinggal bersama
istri dan anak.
Rumah tersebut dibangun dengan konsep rumah panggung dengan tiang
penyangga utama berbahan beton dan tiang lain berbahan kayu. Atap rumah
berbahan sirap yang berbentuk pelepah daun pisang dan bangunannya
berbentuk lengkung. Lantai bawah rumah ini kini dipakai sebagai lokasi
Kafe Loteng, tempat penjualan makanan dan minuman bagi para pengunjung,
sementara laintai atas rumah merupakan kamar pribadi Affandi.
Di sebelah kiri rumah, terdapat sebuah gerobak yang kini berfungsi
sebagai mushola. Gerobak tersebut merupakan salah satu elemen pelengkap
kompleks rumah Affandi yang berfungsi sebagai tempat peristirahatan
istri Affandi, Maryati. Semula, Maryati menginginkan adanya sebuah
caravan yang banyak digunakan sebagai tempat tinggal berpindah bagi
orang Amerika. Affandi menyetujui konsep bangunan itu, namun dengan
wujud yang lebih meng-Indonesia, yaitu gerobak.
Sebelum pulang, kita bisa singgah di rumah abadi sang maestro yang wafat
23 Mei 1990, berada di antara Galeri I dan II. Rumah abadi Affandi
tersebut berdampingan dengan rumah abadi milik sang istri. Halaman rumah
abadi tersebut dihiasi oleh rimbunan pohon mawar.
Selain 300 karya lukisan Affandi sendiri, dalam museum ini juga tersimpan lukisan dari para pelukis Indonesia lainnya, antara lain: Basuki Abdullah, Popo Iskandar, Sudjojono, Hendra Gunawan, Barli, dan Muchtar Apin. Selain itu terdapat patung karya Amrus Natalsya, dan cukil kayu poles karya keluarga Tjokot.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar