Entri yang Diunggulkan

Jangan Merapikan Tempat Tidur Sebelum Meninggallkan Kamar Hotel

Apa yang biasanya Anda lakukan sebelum check out dari kamar hotel? Selain memastikan tidak ada barang yang tertinggal, tamu hotel yang baik ...

Senin, 21 Januari 2013

Mengungkap Banten Lama Di Museum Situs Kepurbakalaan


Diresmikan pada tanggal 13 Juli 1985, Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama mempunyai luas tanah kurang lebih 10.000m2 dan bangunan kurang lebih 778m2. Dibangun dengan gaya arsitektur tradisional Jawa Barat seperti yang terlihat pada bentuk atapnya.
Koleksi museum ini berupa benda-benda koleksi baik asli maupun replika/reproduksi, miniatur, diorama, dan lain-lain.
Ada sejumlah benda-benda peninggalan sejarah dan purbakala yang ditemukan di Situs Banten Lama yang berasal dari masa prasejarah, Hindu-Budha, masa Kesultanan Banten dan masa kolonial. Koleksi tersebut antara lain: kapal batu, arca nandi, atap bangunan, pagar besi, pegangan kunci, rumah kunci, paku dan pipa saluran air.
Peninggalan dari masa ramainya perdagangan yang melintasi Banten diantaranya adalah fragmen bagian dari tiang pagar tangga kapal yang terbuat dari logam dipenuhi hiasan  dan juga fragmen badan kapal yang terbuat dari kayu.
Bata masa Kesultanan Banten yang berbentuk persegi panjang dengan ukuran 29 x 15 cm.
Pipa saluran air pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682 Masehi). Yang terbuat dari tanah liat digunakan untuk menyalurka air ke kota, sedangkan pipa yang terbuat dari batu dan timah digunakan untuk menyalurkan air limbah. Penjernihan air dilakukan dengan pembuatan tiga bangunan pengendapan, sehingga saat air masuk kota telah layak digunakan. Serumbung sumur-sumur kuno di Banten berdasarkan bentuknya ada dua, yakni sumur yang bentuknya persegi empat dan sumur yang bentuknya lingkaran.
Koleksi keramik museum ini terdiri dari keramik asing dan keramik lokal. Keramik asing umumnya berasal dari Burma (Myanmar), Vietnam, China, Jepang, Timur Tengah serta negara-negara Eropa dengan cirinya masing-masing. Keramik-keramik tersebut umumnya dipergunakan sebagai alat rumah tangga, unsur bangunan serta wadah pelebur logam yang disebut kowi.
Hiasan atap masjid yang disebut memolo yang terbuat dari bahan tanah liat. Berasal dari masa Kesultanan Banten sekitar abad 16-19 Masehi.
Lantai (tegel) yang terbuat dari tanah liat dan marmer dengan beberapa ukuran dari Keraton Surosowan.
Koleksi berupa mata uang, yang dicetak di Banten lama sendiri maupun mata uang asing seperti dari Cina, VOC dan Inggris.
Koleksi alat tenun yang ada di daerah Banten. Juga benda-benda tradisional seperti pakaian, senjata dan alat kesenian.
Selain menyimpan benda-benda koleksi kepurbakalaan di dalam ruangan, terdapat dua artefak yang disimpan di halaman Museum, yaitu artefak Meriam Ki Amuk dan alat penggilingan lada. Yang paling terkenal adalah Meriam Ki Amuk, meriam yang terbuat dari tembaga dengan panjang sekitar 2,5 meter ini merupakan hasil rampasan dari tentara Portugis yang berhasil dikalahkan. Konon Meriam Ki Amuk memiliki kembaran yaitu Meriam Ki Jagur yang saat ini tersimpan di halaman belakang Museum Fatahillah Jakarta. Sedangkan alat penggilingan lada yang terbuat dari batu padas yang sangat keras telah hancur menjadi beberapa bagian. Pada jaman dahulu Banten memang dikenal sebagai penghasil lada, itulah yang menyebabkan Belanda datang ke Banten, salah satunya ingin menguasai produksi lada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

OXY Drinking Water