Kawasan Taman Hutan Raya Ir.H.Djuanda merupakan hutan alam sekunder dan hutan tanaman yang mempunyai potensi flora cukup variatif, terdirii dari tumbuhan tinggi dan tumbuhan rendah. Untuk tumbuhan tinggi didominasi oleh jenis pinus sedangkan untuk tumbuhan rendah didominasi oleh lumut dan pakis sehingga berfungsi sebagai laboratorium alam (arboretum). Hutan Tanaman mulai dikembangkan tahun 1950-an namun karena tumbuh pada lahan berbatu diametemya relatif kecil dan pada tahun 1963 ditanam jenis tumbuhan kayu asing berasal dari luar daerah dan luar negeri dilahan seluas 30 Ha yang terletak di sekitar Plaza dan Gua Jepang. Hutan di kawasan ini merupakan vegetasi campuran yang terdiri dari 40 famili, 112 species diantaranya berasal dari luar negeri seperti sosis (kegelia aethiopica) dari afrika, Mahoni Uganda (khaya anthoteca) dari Afrika barat, Pinus Meksiko (pinus montecumae) berasal dari Meksiko, cengal pasir (hopea odorata) dari Burma, Cedar Hondura (cedrela maxicum m roem) dari Afrika Tengah dan lain sebagainya, sedangkan yang berasal dari dalam negeri diantaranya : Pinus (pinus merkusi jung), Bayur Sulawesi (pterospermum celebicum) dari Sulawesi, Kayu manis (cinnamonum burmanii) dari daerah Jawa Barat, Damar (agathis damara) dari Maluku, Cemara Sumatera (casuarina sumatrana) dari Sumatra, dan lain-lain.
Di kawasan TaHuRa Ir.H Juanda ini, juga ada tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih tanaman menjadi bibit yang siap ditanam di lapangan baik untuk pengkayaan tanaman, reboisasi atau penghijauan. Persemaian ini dibangun di areal seluas 0,25 hektar, berada di Blok Pakar Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda. Juga terdapat rumah flora yaitu suatu bangunan khusus yang dipersiapkan untuk menyimpan/mengkoleksi tumbuh-tumbuhan. Saat ini Rumah Flora yang ada di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda diperuntukan untuk pengembangan dan pembudidayaan serta mengkoleksi jenis-jenis anggrek diantaranya: Oncidium, Spathoglottis, Vanda, Phalaenopsis, Dendrobium, Cattle dan koleksi anggrek lainya.
Atau dari Gua Jepang dan Gua Belanda, kita bisa melanjutkan perjalanan menuju Curug Ciomas melalui jalur jogging track. Track cukup jauh dan menuntut kekuatan fisik, akan tetapi dengan adanya pemandangan yang hijau, aneka ragam flora dan fauna yang bisa dijumpai di sepanjang jalur membuat kita akan betah dan tidak jenuh dalam menempuh perjalanan ini. Tiba di Curug Ciomas, kita bisa istirahat dan memilih sendiri tempat istirahat, baik pada shelter maupun pada hamparan rumput yang hijau di pinggir sungai. Kemudian kita bisa berbelanja di pasar wisata sekitar pemandian air panas Maribaya.
Atau untuk yang suka berpetualang, setelah mengunjungi Gua Jepang dan Gua Belanda, bisa melanjutkan perjalanan ke daerah Sekejolang. Daerah ini merupakan lembah yang dapat dilihat dari atas bukit dan diatasnya sebagian besar merupakan lahan perkebunan sayuran milik penduduk. Untuk mencapai daerah ini harus melewati track yang cukup terjal dan jauh. Lembah Sekejolang bukan merupakan obyek wisata aktual di Tahura Djuanda dan selama ini tidak dimanfaatkan untuk kepentingan wisata karena letaknya memang berada pada Blok Perlindungan, akan tetapi pemandangan di atas lembah ini sangat indah dengan hawa yang begitu sejuk. Dari atas bukit kita dapat melihat lembah yang hijau, Sungai Cikapundung yang terlihat sangat kecil dan juga dapat terlihat miniature obyek wisata Maribaya di daerah Lembang. Sangat cocok jika kita ingin mengambil foto di daerah ini. Ketika sampai di daerah Sekejolang, kita bisa istirahat sambil menikmati pemandangan alam yang asri dan santap siang setelah menguras energi ketika menempuh perjalanan. Perjalanan dapat dilanjutkan kembali menembus hutan dengan track yang cukup terjal menuju curug Ciomas.
Kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda juga menyediakan fasilitas panggung terbuka, taman bermain anak-anak, sarana outbond dan flying fox, guest house sederhana, saung dan tempat persinggahan, serta lapangan tenis.
Kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda yang terletak di sebelah utara kota Bandung ini dapat di tempuh dari berbagai jalur jalan, dari arah selatan bisa ditempuh melalui jalan Dago maupun jalan Cikutra. Semua jenis kendaraan bisa masuk hingga ke pintu gerbang utama. Kondisi jalan dari pusat kota sampai dengan lokasi (pintu gerbang utama) sudah beraspal hotmix dan kini dalam kondisi baik. Selain dari arah selatan, Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda juga dapat ditempuh dari arah Utara, melalui Obyek wisata Maribaya-Lembang. Dari pintu gerbang ini akan dapat kita lihat obyek wisata Curug Omas serta Patahan Lembang yang membujur arah Barat Laut-Tenggara yang sekaligus menjadi punggung bukit kawasan, kemudian perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki menyusur jalan setapak sepanjang 5 km menuju ke Dago Pakar. Jika kita melalui Terminal Dago Bandung berkisar 2 Km dengan kondisi jalan telah dihotmix, dapat ditempuh memakai kendaraan roda dua, roda empat dan bis. Melalui Jalan Cimbuleuit-Punclut berkisar 6 Km dengan kondisi jalan kampung masih tanah, dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua trail. Melalui Lembang-Maribaya berkisar 4 Km dengan kondisi jalan telah dihotmix dapat ditempuh memakai kendaraan roda dua, roda empat dan bis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar