Entri yang Diunggulkan

Jangan Merapikan Tempat Tidur Sebelum Meninggallkan Kamar Hotel

Apa yang biasanya Anda lakukan sebelum check out dari kamar hotel? Selain memastikan tidak ada barang yang tertinggal, tamu hotel yang baik ...

Rabu, 13 Mei 2020

Tips Bertanya Arah Jalan Saat Berada di Jogja



Menelurusi kota Yogyakarta tak kan ada habisnya. Pasti selalu ada alasan untuk selalu kembali ke Kota Pelajar yang satu ini.

Berkunjung ke destinasi menarik sudah tentu menjadi tujuan wajib kala berkelana di Yogyakarta. Baik wisata alam maupun buatan, kuliner, hingga wisata rohani semanya seolah memanggil untuk disambangi.

Meski begitu, tak jarang saat Anda berada di tengah perjalanan menuju tempat wisata, Anda mengambil rute yang salah tanpa disengaja dan akhirnya berujung tersesat. 

Dan seperti umumnya manusia zaman ini yang tak bisa hidup tanpa teknologi, khususnya internet, tak terkecuali hal-hal kecil seperti menentukan arah dan mata angin, kebanyakan dari kita telah meninggalkan kompas atau rasi bintang. Siapa yang tak pernah memanfaatkan fasilitas share location pada layanan pesan instant atau berkemudi dengan panduan Google Map, Waze dan aplikasi sebagainya? Dengan sekali kilk, internet akan menghubungkan fasilitas Global Positioning System pada perangkat kita dengan satelit, mengirimkan titik lokasi dan koordinat. Pertemuan, pelacakan atau pengiriman barang menjadi lebih mudah.

Maka kita sering menjumpai pengemudi angkutan online yang focus menekuri layar smartphonenya, menelusuri jalur dan jalan, menemukan alamat yang dituju. Namun tak jarang GPS bawaan perangkat justru menyesatkan penggunanya. 

Membawa melintasi jalan berliku-liku yang tak jarang malah memakan waktu lebih lama dan melelahkan. Jika sudah begini orang biasa beralih dengan metode GPS gunakan penduduk sekitar, alias bertanya. Sesuai dengan pepatah malu bertanya sesat di jalan.

Sebelum internet serta GPS membantu manusia dalam menentukan arah, orang Jogja telah menciptakan system navigasi dengan arah mata angin. Lor, kidul, kulon dan wetan adalah Bahasa Jawa untuk arah utara, selatan, barat dan timur. 

Bagi yang pernah bertanya pada orang di Jogja, mungkin pernah menjumpai petunjuk arah begini "Oh, yen bade teng Malioboro saking keraton ngalor mawon ngantos prapatan atau ngetan mawon". Bukannya malah terbantu, terkadang kening akan berkenyit lebih dalam lagi.  

Setiap kali bertanya arah jalan atau navigasi di Jogja kepada masyarakat, umumnya orang-orang akan menjawab dengan Lor, Kidul, Kulon, Wetan. Untuk penduduk Jogja, hal itu lumrah sebagai logika navigasi sederhana, tapi bagi pendatang baru dan wisatawan masih bingung dengan istilah ini.

Jadi ingat lirik lagu Shaggydog - Di Sayidan "Jika kau datang dari selatan, langsung saja menuju Gondomanan. Belok kanan sebelum perempatan. Teman-teman riang menunggu di Sayidan" 😁

Dalam Bahasa Jawa 'Lor' berarti Utara, 'Kidul' berarti Selatan, 'Kulon' berarti Barat, dan 'Wetan'/'Etan' berarti Timur. Tapi untuk yang baru datang, mungkin akan buta arah, mana yang bisa disebut 'utara' jika sedang berada di Malioboro, atau mana yang disebut 'timur' jika sedang di Tugu Putih.

Beruntung di Jogja, mata angin dapat dengan mudah ditemukan dengan menemukan tanda-tanda alam. Arah lor atau utara dapat ditandai dengan Gunung Merapi, selatan atau kidul adalah arah Pantai Parangtritis.  Sementara barat atau kulon merujuk pada arah ke Wates, Gamping atau Purworejo dan timur atau wetan adalah arah ke Gunung Kidul. Jika sudah begini, anda akan lebih mudah menyesuaikan arah.

Jogja dikelilingi tanda geografis yang khas jika Anda memperhatikannya. Bahkan konon sejarahnya, dalam pembangunan kota Jogja, menggunakan pandangan kepada tanda geografi tersebut. Konon, Tugu Putih didirikan untuk memantau Gunung Merapi.

Misalnya, di sebelah utara (lor), Jogja memiliki Gunung Merapi yang bisa Anda lihat dari sudut manapun di kota Jogja (selama itu tidak terhalang, dan tempatnya tinggi).  Jika Anda melihat Gunung tersebut, sudah jelas menjadi patokan utara dalam navigasi Anda. 

Di sisi barat laut jika dilihat dari Kota Yogyakarta, Anda akan melihat perbukitan Menoreh dari Kulon Progo. Itu akan menjadi patokan utara (lor) dan barat (kulon).

Pada sisi selatan jika Anda menemui pantai, sudah pastilah itu sisi selatan Jogja. Paling tidak, itu adalah sisi terluas tanpa ada perbukitan bisa menandakan itu sebagai selatan.

Jika Anda berada di Kota Yogyakarta, di utara Anda hanya bisa melihat Gunung Merapi, sedangkan jika menghadap selatan, di sisi tenggaranya terdapat perbukitan. Perbukitan tersebut sebenarnya membentang dari Gunung Kidul yang notabenenya datarannya lebih tinggi. Bisa menjadi patokan selatan (kidul) dan timur (wetan).

Contoh jalanan yang memanjang dari lor (utara) hingga kidul (selatan) antara lain: Jalan Kaliurang, Jalan Bantul, Jalan Parangtritis, Jalan Imogiri, Ring Road Timur, Ring Road Barat, Jalan Monjali, dan Jalan Magelang.

Contoh jalanan yang memanjang dari kulon (barat) hingga wetan (timur) antara lain: Jalan Wates, Jalan Jogja-Solo, Jalan Sudirman, Jalan Godean, Ring Road Utara, Ring Road Selatan, Jalan Imogiri-Dlingo, dan Jalan Wonosari.

Cara termudah bisa ditebak dengan cara mengetahui arah gerak matahari yang terbit dari timur (wetan) hingga terbenam di barat (kulon). Pengetahuan navigasi ini adalah pengetahuan navigasi standar untuk Anda yang berjalan-jalan di siang hari.



Jika Anda sedang menikmati sunset di Bukit Paralayang, Anda akan berhadapan langsung dengan pemanadngan matahari terbenam. Menandakan bahwa Anda sedang menghadap barat. Kasus serupa pun bisa diterapkan jika Anda sedang di situs Ratu Boko.

Begitu juga dengan Anda yang sedang berada di Bukit Bintang,meskipun pemandangan utama Anda adalah Gunung Merapi (sisi utara), tapi Anda akan dengan mudahnya melihat letak barat dengan melihat arah matahari semakin petang.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa Tugu Putih Jogja konon didirikan untuk menjadi titik awal Kraton membandingkan titik utara dan selatan dengan melihat Gunung Merapi.

Jika Anda melihat dari aplikasi maps, Tugu Putih Jogja tepat menggambarkan sebagai pusat jalanan dari utara ke selatan dan bertemu dengan jalanan timur ke barat.


Bisa dilihat, kalau tugu tersebut berada di tengah-tengah perempatan. Jika Anda ke kidul tugu tersebut, Anda akan menuju Stasiun Tugu, Jalan Malioboro, dan dan Kraton. Jika Anda ke lor Anda akan menuju Monjali (Monumen Jogja Kembali) dan Kaliurang. Sedangkan kalau Anda ke kulon, Anda akan menuju jalan menuju Kulon Progo dan Godean. Bila Anda ke wetan bisa tembus hingga Prambanan, Bandara Adi Sucipto, dan Solo.

Bila sudah memahami navigasi tersebut, ada sedikit tips bilamana Anda tersesat di jalan dan hendak bertanya ke warga Yogyakarta.

Hal yang paling mudah dilakukan adalah sebelum mengajukan pertanyaan, jangan lupa ucapkan salam dan lemparkan senyuman kepada orang yang hendak kita tanyai.

Umumnya di Yogyakarta, mereka yang ingin bertanya arah sampai harus mematikan mesin motornya dan melepas helm yang digunakannya, atau memarkirkan dahulu kendaraannya di tempat yang aman, mematikan mesin kendaraan, kemudian baru lah turun dari kendaraan untuk kemudian bertanya kepada warga lokal sekitar mengenai arah yang benar.

Nah begitulah logika navigasi sederhana jika Anda sedang berada di Jogja. Semoga berikutnya Anda bisa mengerti ketika diberi arahan oleh penduduk Jogja, ya.

Bagaimana, tidak khawatir lagi kan jika tersesat di Yogyakarta? 😊

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

OXY Drinking Water