Papua kaya akan keindahan alam dan budayanya. Salah satu festival budaya yang telah lama digelar adalah Festival Budaya Asmat. Festival Budaya Asmat telah diadakan sejak tahun 1981. Festival ini lahir atas prakarsa Uskup Alfonsus Suwada OSC uskup pertama di Keuskupan Agats-Asmat (Keuskupan Gereja Katolik). Sempat terhenti beberapa kali, namun festival ini kemudian secara rutin digelar kembali setiap tahun. Tujuan dari festival ini adalah untuk melestarikan nilai-nilai budaya Asmat, terutama untuk generasi muda. Suku Asmat adalah salah satu suku di Papua.
Pada festival ini terdiri dari banyak kegiatan, mulai dari pameran
karya ukiran, pembuatan karya ukiran, pelelangan, pertunjukan budaya
berupa tari-tarian dan lain-lain. Ukiran dan kerajinan Asmat sangat
terkenal hingga ke mancanegara. Keunikan dan nilai seni yang tinggi
sangat menarik wisatawan. Ada ukiran kayu pada perisai, perahu, dayung
bahkan koteka. Para pengukir muda juga mengembangkan pola ukiran baru
pada panel-panel kayu. Kualitas ukiran itu tak kalah dari para pengukir
tua. Diukir pada panel kayu dan akar pohon, motif-motif baru itu amat
kaya kisah dan legenda yang melingkupi suku Asmat yaitu legenda
Fumiripits. Ada juga yang menyajikan diorama kehidupan harian Asmat yang
punya relasi kuat dengan alam. Akomodasi memang masih terbatas di
Kabupaten ini. Biasanya wisatawan mancanegara tinggal di homestay dan rumah tradisional Long House. Ada beberapa hotel kelas melati tetapi jumlahnya masih terbatas.
Pada festival budaya Asmat, biasanya yang lebih banyak datang adalah wisatawan manca negara terutama dari Australia, Eropa, Jepang dan Korea. Sedangkan Indonesia masih sedikit jumlahnya. Hal ini disebabkan salah satunya adalah kendala aksesibilitas. Jalur tercepat mencapai Asmat adalah menggunakan pesawat. Penerbangan ke
Asmat (bandara Ewer) dapat ditempuh dari Merauke atau Timika dengan
pesawat Twin Outter Merpati setiap hari Senin, Rabu dan Sabtu (Merauke -
Ewer - Timika - Ewer - Merauke khusus hari Jum'at penerbangan Merauke -
Ewer - Merauke). Sampai di bandara Ewer dilanjutkan dengan perjalanan
air menggunakan speed boat ke Agats ibukota Kapubaten Asmat. Waktu tempuh sekitar 20 menit.
Kabupaten Asmat adalah hasil pemekaran dari Kabupaten Merauke. Terletak di selatan Papua dan berhadapan langsung dengan Laut Arafura. Kabupaten ini pada tanggal 13 Februari 2003 mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai situs warisan dunia. Asmat dikenal dengan karya seni ukirnya yang orisinil dan unik. Seniman Asmat mampu membuat karya ukiran tanpa membuat gambar terlebih dahulu atau sketsa, tetapi langsung membuat bentuknya lewat imajinasi mereka masing-masing terhadap benda atau peristiwa di sekeliling mereka.
sumber: berbagai smber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar