Museum Negeri Provinsi
Kalimantan Tengah "BALANGA" diresmikan pada 26 November 1990 oleh GBPH
Poeger,Dirjen Kebudayaan Depdikbud waktu itu. Pembangunan museum ini
telah dirintis sejak tahun 1973 oleh Pemerintah Daerah Tingkat I
Kalimantan Tengah, dengan nama Museum Balanga. Pada waktu itu fungsi
Museum masih sangat terbatas dengan koleksi yang terbatas pula. Benda
koleksi yang dikumpulkan pada waktu itu kebanyakan dari jenis keramik,
antara lain adalah tempayan (Bahasa Dayak Ngaju = Balanga).
Pada tahun 1977 Pemerintah Pusat melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan
Depdikbud melakukan studi kelayakan untuk mendirikan sebuah museum
negeri provinsi di Kalimantan Tengah. Sepuluh tahun kemudian (1987),
melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
0754/0/1987, pemerintah menetapkan Museum Balanga sebagai Museum Negeri
Propinsi Kalimantan Tengah dibawah naungan Direktorat Jenderal
Kebudayaan Depdikbud. Kemudian sekarang berdiri dibawah naungan Dinas
Kebudayaan Dan Pariwisata Provinsi Kalimantan Tengah.
Museum
Negeri Provinsi Kalimantan Tengah "Balanga" menempati tanah 5 ha (100 M X
500 M). Tanah tesebut bantuan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan
Tengah dan merupakan wujud nyata bantuan pembangunan museum.
Bangunan/lokasi
Museum Negeri Provinsi Kalimantan Tengah "Balanga" terletak di Jl.
Tjilik Riwut Km. 2,5 Palangka Raya, ibukota Provinsi Kalimantan Tengah. Jika anda tidak menggunakan kendaraan pribadi, dengan transportasi umum juga sangat mudah.
Museum Balanga memiliki berbagai jenis koleksi hasil kebudayaan material
(benda budaya) yang dikelompokan menjadi koleksi ethnografi, historika,
arkeologi, keramologika, numismatika & heraldika. Sementara benda
alam dikelompokan menjadi koleksi biologika dan geologika. Beberapa koleksi dari museum ini antara lain kursi yang terbuat dari rotan yang dari sejak dahulu hingga
sekarang masih digunakan oleh sebagian besar masyarakat, sebuah tikar kecil yang terbuat dari anyaman dan
hiasan corak yang sangat unik, yang biasa digunakan sebagai
hiasan dinding rumah, uang logam yang merupakan alat untuk pembayaran dimasa lalu dan masih digunakan sampai sekarang, uang kertas 25 sen pada zaman dahulu yang digunakan sebagai alat untuk pembayaran, dll. Koleksi museum tersebut sebagian dipajang di 2 gedung sebagai pameran tetap, selebihnya ditata di gudang koleksi.
Ketika anda memasuki ruang pameran maka anda akan merasakan suasana
kehidupan tradisional suku Dayak. Koleksi ditata berdasarkan daur hidup,
dimulai dari peralatan upacara fase kelahiran, perkawinan dan terakhir
kematian. Pemandu tak akan lupa menceritakan kepada anda tentang
keunikan upacara Tiwah. Di sini anda akan melihat keunikan senjata tradisional seperti Sumpit, Duhung, Mandau, miniatur rumah panjang yang disebut Betang, alat pengundang ikan yang disebut Mihing, patung Sapundu dan Hampatung Karuhei, jimat Penyang, aneka barang kuningan, aneka tempayan keramik asal Cina dari dinasti Ming dan Ching yang disebut Balanga dan piring Malawen. Masih banyak lagi koleksi unik lainnya.
Museum Balanga juga menerima sekitar seribu buah senjata sitaan yang digunakan saat konflik etnis di Sampit tahun 2001 sebagai koleksi historika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar