Untuk ke pulau Gili Trawangan, jika Anda dari Jakarta, Anda bisa menggunakan pesawat terbang ke kota
Mataram dengan waktu perjalanan sekitar 4 jam kalau pesawat transit dulu
di kota Yogyakarta atau Surabaya. Namun jika Anda menggunakan pesawat
Garuda Indonesia yang langsung ke kota Mataram dibutuhkan waktu sekitar 1
jam setengah. Dari kota Mataram, Anda bisa naik angkutan umum menuju Pelabuhan Bangsal. Di pelabuhan ini ada public boat yang menuju ke Pulau Gili Trawangan. Perjalanan memakan waktu sekitar 30 menit.
Pengunjung yang datang ke Pulau Gili Trawangan, pasti ingin kembali lagi, karena banyak hal yang bisa di dapat di sana, diantaranya menyelam dan melihat pemandangan indah di dalam laut seperti ikan hias dan berbagai jenis karang. Bahkan di Gili Trawangan terdapat
karang biru yang merupakan satu-satunya di Indonesia, di dunia
hanya ada dua tempat karang biru, yakni di Karibia dan Gili Trawangan. Di sini tak perlu harap-harap cemas
menanti kehadiran dan kepergian matahari. Dan beginilah
cara para ”komunitas pulau” melepas senja. Beramai-ramai berjalan kaki
atau bersepeda ke arah barat (hanya sekitar 15 menit), lalu duduk di
tepi pantai, atau memenuhi meja-meja restoran yang bersisian dengan
pasir pantai. Ada juga yang menggotong meja dan kursi sendiri. Selama
setengah jam berikutnya, semua mata terpusat ke arah garis pantai yang
warnanya berubah perlahan. Pesona itu dimulai dengan matahari yang
bulat sempurna berwarna merah menyala. Pancarannya membuat permukaan
laut luntur kemerahan dan langit diselimuti rona jingga. Matahari perlahan turun, membuat siluet kehitaman kapal-kapal yang
melintasinya. Sampai kemudian hilang ditelan garis pantai. Warna laut
berubah menjadi hitam kebiruan. Namun, secara perlahan permukaannya
menjadi keperakan kembali. Saat bulan bulat penuh hadir. Kilau cahaya bulan menjadi
pemandu jalanan setapak yang tak berpenerangan. Di berbagai sentra keramaian, malam
adalah perayaan dengan musik, dansa, dan kuliner laut. Ikan-ikan segar
kemerahan yang baru ditangkap dari laut bergelimpangan di atas tumpukan
es. Udang-udang gemuk yang permukaannya bening ditumpuk di dekat
kelompok kepiting yang masih menggerak-gerakkan capitnya. Tak perlu
banyak bumbu untuk membakar ikan dan udang. Kesegarannya sudah
memberikan rasa manis dan gurih alami. Alunan musik sayup terdengar dari setiap sudut pulau. Terbawa angin laut yang berembus. Ritual mengejar matahari berulang di pagi hari. Kali ini ke arah timur dan warga pulau sudah membuka mata ketika subuh. Kapal-kapal
nelayan membuang sauh di tengah laut, menjaring ikan untuk dijual ke
pulau. Pantai dan laut menjadi pusat aktivitas sepanjang pagi dan siang. Diving dan snorkeling, bermain kayak dan berselancar merupakan pilihan paling populer. Demikian juga dengan spa dan pijat tradisional. Ada juga beberapa tempat, dimana pengunjung bisa belajar berkuda mengelilingi pulau. Bersepeda mengelilingi pulau juga tak kalah menantang.
Pulau Gili Trawangan memiliki luas sekitar 338 hektare dan yang terbesar dari ketiga pulau yang terdapat di sebelah barat laut pulau Lombok. Berpopulasi sekitar 800 jiwa. Bagian paling padat penduduk adalah sebelah timur pulau ini. Di Pulau Gili Trawangan, tidak terdapat kendaraan bermotor. Sarana transportasi yang lazim adalah sepeda (disewakan oleh masyarakat setempat untuk para pengunjung) dan cidomo (kereta kuda sederhana yang umum dijumpai di Pulau Lombok). Di kawasan ini dilarang ada kendaraan bermotor demi menjaga kesegaran udaranya. Jadi, tak ada bunyi kendaraan bermotor. Yang ada, bunyi ketipak kaki kuda menarik cidomo. Meski kadang bau kotoran tercium, para kusir patuh untuk membuat tampungan di keretanya sehingga jalanan relatif aman dari "ranjau" hehehe...
Untuk penginapan, sudah tersedia banyak pilihan. Jumlah kamar penginapan sekitar 700 kamar dengan tarif per malam bervariasi. Hotel-hotel mungil yang menghadap ke laut lepas terdapat di sana-sini. Demikian juga vila-vila pribadi dengan taman hijaunya dan tentu saja kafe dan restoran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar