Masjid ini lambang kota Medan, terindah, memiliki nilai budaya, sejarah dan terbesar di Sumatra Utara. Dapat menampung 1500 jamaah. Di bangun oleh Sultan Makmun Al Rasyid dan di desain oleh JA Tingdeman dari Belanda yang menggabungkan gaya Timur Tengah, Spanyol dan India. Bangunan ini memiliki bentuk simetris segi delapan dalam corak bangunan campuran Maroko, Eropa, Melayu dan Timur Tengah dan memiliki empat sayap bangunan, yaitu terdapat di bagian utara, bagian selatan, timur dan barat. Di ke empat penjuru masjid masing masing diberi beranda dengan atap
tinggi berkubah warna hitam, melengkapi kubah utama di atap bangunan
utama masjid. Masing masing beranda dilengkapi dengan pintu utama dan
tangga hubung antara pelataran dengan lantai utama masjid yang
ditinggikan, kecuali bangunan beranda di sisi mihrab.Bangunan masjidnya terbagi menjadi ruang utama, tempat wudhu, gerbang
masuk dan menara. Ruang utama, tempat sholat, berbentuk segi delapan
tidak sama sisi. Pada sisi berhadapan lebih kecil, terdapat ‘beranda’
serambi kecil yang menempel dan menjorok keluar. Jendela-jendela yang
mengelilingi pintu beranda terbuat dari kayu dengan kaca-kaca patri yang
sangat berharga, sisa peninggalan art nouveau periode 1890-1914, yang
dipadu dengan kesenian Islam. Seluruh ornamentasi di dalam mesjid baik
di dinding, plafon, tiang-tiang, dan permukaan lengkungan yang kaya
dengan hiasan bunga dan tumbuh-tumbuhan. di depan masing-masing beranda
terdapat tangga. Kemudian, segi delapan tadi, pada bagian luarnya tampil
dengan empat gang pada keempat sisinya, yang mengelilingi ruang sholat
utama.Gang-gang ini punya deretan jendela-jendela tak berdaun yang
berbentuk lengkungan-lengkungan yang berdiri di atas balok. Baik beranda
dan jendela-jendela lengkung itu mengingatkan disain bangunan
kerajaan-kerajaan Islam di Spanyol pada Abad Pertengahan. Sedangkan
kubah mesjid mengikuti model Turki, dengan bentuk yang patah-patah
bersegi delapan. Kubah utama dikitari empat kubah lain di atas
masing-masing beranda, dengan ukuran yang lebih kecil. Bentuk kubahnya
mengingatkan pada Mesjid Raya Banda Aceh. Di bagian dalam masjid,
terdapat delapan pilar utama berdiameter 0,60 m yang menjulang tinggi
untuk menyangga kubah utama pada bagian tengah. Adapun mihrab terbuat
dari marmer dengan atap kubah runcing. Gerbang mesjid ini berbentuk
bujur sangkar beratap datar. Sedangkan menara mesjid berhias paduan
antara Mesir, Iran dan Arab. Bangunan ini memiliki luas 5000m2. Masjid mulai di bangun pada 21 Agustus 1906 dan selesai pada 10 September 1909. Biaya pembangunan masjid diperkirakan mencapai satu juta gulden yang ditanggung sendiri oleh Sultan. Sebagian bahan bangunan diimpor antara lain: marmer untuk dekorasi diimpor dari Italia, Jerman dan kaca patri dari Cina. Masjid Raya sedikit berbeda dengan Masjid pada umumnya, karena tidak banyak kaligrafi namun banyak terdapat ukiran bunga dan tanaman yang keseluruhannya di cat. Ada tiga sebutan populer untuk masjid ini yaitu Masjid al-Mashun, Masjid Deli dan Masjid Agung Medan.
Masjid Agung ini berada di pusat kota Medan, berdekatan dengan Istana Deli tepatnya di Jalan Sisingamangaraja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar