Entri yang Diunggulkan

Jangan Merapikan Tempat Tidur Sebelum Meninggallkan Kamar Hotel

Apa yang biasanya Anda lakukan sebelum check out dari kamar hotel? Selain memastikan tidak ada barang yang tertinggal, tamu hotel yang baik ...

Jumat, 19 Juli 2019

Tradisi Gerebeg Kraton Yogyakarta



Warga masyarakat bahkan wisatawan asing pada umumnya antusias mengikuti tradisi gerebeg yang diselenggarakan Kraton Yogyakarta.

Tradisi ini dianggap warga sebagai salah satu acara rutin sekaligus ngalap berkah.

Tradisi ini punya makna tersendiri bagi Masyarakat Yogyakarta.

Tradisi gerebeg ini biasanya digelar tiga kali setiap tahun menurut penanggalan kalender Jawa.


Yang pertama adalah Gerebeg Mulud yakni yang diadakan oleh Keraton dan diselenggarakan pada hari kedua belas bulan Mulud pada penanggalan Jawa. Penyelenggaraan ini merupakan puncak acara Sekaten yang didahului oleh pasar malam selama hampir 1 bulan penuh. Penyelenggaraan Gerebeg mulud ini dimulai pada pukul 07.30 pagi dengan parade prajurit keraton Yogyakarta yang terdiri dari 10 unit yakni Prajurit Wirobrojo, Prajurit daeng, Prajurit Patangpuluh, Prajurit Jogokarya, Prajurit Prawirotomo, Prajurit Nyutro, Prajurit Ketanggung, Prajurit Mantrijeron, Prajurit Surokarso dan prajurit Bugis dengan pakain dan kelengkapan masing pasing. Iring-iringan tersebut berawal dari kemandungan Keraton melewati siti hinggil menuju pagelaran dan kemudian menuju alun alun utara. Tepat jam 10 pagi Gunungan dibawa oleh Prajurit Bugis dan Surokarso keluar dari keraton menuju Masjid Agung untuk diberkati. Pada waktu melintas di alun alun utara disambut dengan tembakan dan sahut-sahutan oleh para pengawal keraton tersebut yang telah mengawali dengan parade. Setelah selesai diberkati di Masjid Agung maka selanjutnya Gunungan tersebut dibagikan kepada warga masyarakat. Karena yang menginginkan banyak biasanya pada saat dibagikan tersebut masyarakat saling berebut untuk mendapatkan salah satu bagian dari gunungan tersebut. Hasil dari bagian dari gunungan tersebut biasanya dipergunakan sebagai suatu jimat atau dengan kata lain dipercaya sebagai sesuatu yang dapat mendatangkan berkah, baik itu disimpan ataupun ditanam di tanah pertanian mereka agar hasil dari pertanian mereka dapat berhasil dengan baik.

Sedangkan gerebeg yang kedua adalah gerebeg syawal, secara prosesi hampir sama hanya saja diselenggarakan pada saat hari pertama bulan syawal atau setelah selesai bulan ramadhan. 

Dan yang ketiga merupakan gerebeg Besar yang diselenggarakan pada hari raya Idul Adha atau Lebaran Haji yang biasanya diselenggarakan pada bulan kesepuluh pada penanggalan Jawa sebagai lambang pengorbanan umat Islam.


Prosesi ini tak luput dari perhatian wisatawan asing. Mereka tertarik dan takjub dengan prosesi perebutan gunungan.

Tradisi Grebeg merupakan prosesi adat sebagai simbol Hajad Dalem (sedekah) serta kedermawanan Sultan kepada rakyatnya berupa gunungan.

Kata grebeg berasal dari kata gumrebeg yang memiliki filosofi sifat riuh, ribut, dan ramai.


Kata gunungan memiliki filosofi dan simbol dari kemakmuran yang kemudian dibagikan kepada rakyat.

Gunungan di sini adalah representasi dari hasil bumi (sayur dan buah) serta jajanan. Disebut gunungan karena dibentuk menyerupai gunung atau kerucut. Hal ini dimaksudkan sebagai satu perlambang kemakmuran dan kekayaan tanah mataram.

Bagaimana mencapai tempat digelarnya tradisi grebeg? Jika Anda menggunakan kendaraan umum yang melewati titik nol km ada becak, andong, bis kota, Trans Jogja ataupun taksi. Untuk kendaraan pribadi baik roda dua atau roda empat bisa diparkir di depan Gedung Bank Indonesia, depan Kantor Pos dan beberapa tempat sekitar alun alun utara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

OXY Drinking Water